jump to navigation

JAROT WIJANARKO

Untuk anggota Jarot Wijanarko
Jarot Wijanarko Full 10 Agustus jam 7:52 Balas
Saya memiliki tiga anak,ketiga anak saya bermain piano dengan baik. Anak saya nomor satu dia sudah dipersiapkan untuk menjadi guru piano di sekolah musik. Padahal saya dan istri saya, kami berdua bukanlah orang yang suka musik dan tidak bisa bermain alat musik. Kenapa anak-anak kami bisa main musik? Karena sebelum saya menikah saya sudah menjadi seorang guru sekolah minggu. Dan ketika menjadi guru sekolah minggu saya ikut training-training pelajaran mengenai anak phisikologi anak, terapi anak. Dan salah satu terapi yang saya senangi saat itu saya belajar saat itu, bahwa ternyata kecerdasan bisa dipersiapkan dari dalam kandungan.

Seorang pakar dari Rumah sakit Harapan Kita, seorang dokter bagian kandungan membuat pernyataan yang saya suka dan saya tulis dalam buku Anak Cerdas. “Janin dalam kandungan sudah memiliki perasaan, kesadaran dan daya ingat. Yang tak kalah pentingnya rangsangan suara misalnya musik yang diperdengarkan kepada janin secara teratur dan terus menerus ternyata mampu meningkatkan kecerdasannya. Ia juga mengatakan bahwa kandungan ibu bukanlah ruang tunggu untuk anak lahir, tapi bisa disebut sebagai ruang kelas untuk anak belajar. Tentu saja belajarnya bukan dalam arti belajar seperti anak-anak yang belajar di sekolah. Tetapi dalam kandungan seorang bayi sudah bisa diterapi, karena janin usia 5 bulan maka telinganya sudah terbentuk dan sudah berfungsi. Itulah sebabnya ketika istri saya hamil, dari anak yang pertama, ia memberikan terapi si janin dengan cara menempelkan tape kecil di perutnya. Ia memutar lagu-lagu instrumen musik atau lagu-lagu rohani. Bahkan yang lebih sering adalah musik-musik klasik seperti orkestra Mozzart. Mengapa?

Memang masih ada pro kontra tentang kebenarannya, tetapi tidak ada ruginya dilakukan. Tetapi yang pasti ketika anak kami dalam kandungan sudah diterapi dan ternyata IQ mereka jauh dari saya dan istri saya. Saya menjadi pelajar teladan kota Solo tahun 1981, dan IQ saya 117. Istri saya menjadi juara kelas BPK Penabur Cirebon, dan IQ-nya 119. Kami berdua masuk IPB mengikuti program tanpa tes tapi anak kami IQ-nya jauh di atas kami yaitu 139 untuk anak pertama,158 anak kedua. Mengapa IQ mereka jauh lebih tinggi dari orangtua? Pertama karena kecerdasan dipengaruhi oleh genetik, yang kedua gizi. Lalu terapi, ada macam-macam terapi salah satunya adalah terapi musik. Karena itu tidak ada salahnya mencoba atau melakukan yang orang lain sudah lakukan. Kami melakukan dan ternyata ada hasilnya. Karena musik klasik ada beberapa macam salah satunya Mozzart.

Saya ambil pendapat dari seorang dokter ahli kandungan yang mengatakan bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa struktur musik Mozzart sesuai dengan pola sel otak manusia. Musik Mozzart begitu bervariasi dan kaya akan nada-nada lembut ke nada keras, nada lambat ke nada cepat, jadi penuh dengan improvisasi, ritme yang tepat untuk si anak. Karena kecerdasan itu banyak aspeknya salah satunya adalah musical inteligence. Maka ketika salah satu aspek kecerdasan ditingkatkan itu juga bisa mempengaruhi kecerdasan yang lain. Itulah sebabnya anak-anak dibawah enam tahun dimana otak kirinya belum terlalu berkembang, justru yang terbaik adalah anak ditingkatkan kreativitasnya entah menggambar, menyanyi, drama, bergaul, bersahabat dengan temannya.

Itulah kenapa anak-anak playgroup dan TK banyak sekali hal-hal seni yang harus ditingkatkan. Berikan hal yang terbaik yang harus diajari pada anak-anak usia tersebut. Jangan lupa biarkan anak sering bernyanyi berikan dia kaset-kaset lagu. Biarkan dia sering bernyanyi karena itu akan membuat otak kanannya berkembang juga mempengaruhi emosinya dan tentu saja sangat mempengaruhi kecerdasannya. Musik membuat dunia dan hidup lebih berwarna. Orang yang mencintai dan menyukai musik biasanya juga mempunyai perasaan yang lebih peka karena otak kanan berkembang karena didorong, dan diterapi oleh musik.

Comments»

1. herman (3B) - November 22, 2008

iyo cak dadine ning kene iki yen arep podo sesrawungan antar keluarga besar Paspitu, matur nuwun yo cak

2. REVIA PRAMESTI - November 22, 2008

Mas Herman,
ngobrol ngobrol yen ora ono wedange seret boss

3. nyoto - November 24, 2008

Bung Herman ini ada tamu baru “Esti” pingin di “wedangi”, piye ??pokok’e…siiplah…! 😛

4. nyoto - November 24, 2008

BERITA DUKA
OOOaallah…! Telah meninggal dunia dengan “SENYUM MERINGIS”, kucing saya tercinta “Pussy”, gara2 kejatuhan barbel saat ngintip ibu2 sedang fitness.
bagi yang bersimpati…silakan kasih ucapan “turut berduka cita”disini…GRATIS oe..!! 😀

5. herman (3B) - November 24, 2008

Oke selamat ketemu mbak Revia Pramesti, saya justru berat hati kalo ndadak medangi penjenengan akhirnya terus tak bubuti piye jal?? he..he.. tapi kalo pakai suguhan wedang saya setuju, tapi ya musti wedang teh maya soale internetan…piye horok….kuwi meneh cah nyoto kucinge mati lha dalah tenan…..he…he….mari semuanya berlincak disini….salam Paspitu…………………………………………….

6. Rina - November 24, 2008

Hehehehe Mbak Revia kapan kita chatting … ktnya ngajak kok nggak pernah nongol di YM … aku tunggu lho JENKESTI nya

7. herman (3B) - November 29, 2008

Berita Duka ibunda Edy, Nayu barat (kakaknya Bp. Bekti Guru Olah Raga) SMPN 7, dikebumikan hari ini Sabtu, 29 Nopember 2008 pukul 13.00 WIB, bagi rekan rekan yang ada waktu silahkan melayat ke Nayu Barat, terima kasih, wassalam.

8. herman (3B) - December 23, 2008

Woro-woro, bagi rekan rekan Paspitu, harap ngumpul besok pada hari Minggu tanggal 4 Januari 2009 di rumah Niken Jl. Solo Kalioso KM 4 atau Wartel INTAN Jam 09.00 WIB, mohon bisa disampaikan ke rekan rekan yang tidak biasa ber-internet, terima kasih

9. SYAWAL - April 2, 2009

IKI NYOTO KADIPIRA DUDU?

10. herman (3B) - May 8, 2009

@ Revia Pramesti, makasih lho callnya………
@ cak Nyoto kuwi ditakoni wis dek tanggal 2 April 2009 kok yo ora dijawab ki piye…..horok…….

11. nyoto - May 8, 2009

Lha wong Sawal lgs tak telpon, aku lali ngetik’e, 😀

12. Doso - June 5, 2009

iki kok podho ora ono sing podho teko jagongan neng kene tho Mas Nyoto, opo perlu digawe perpu ben dho mampir, yen ora rapat kabinet disik opo, Mas Herman yen Joko Murdowo opo isih neng ngastino opo wis pindah neng alengko saiki, matur nuwun

nyoto - June 5, 2009

lha itulah istimewanya, konco2.. sih podo keblinger nang “PESBUK” ng’lali karo omahe dewe… gpp itu namanya “Dinamika Cyber”, aku jadi inget2 booming tanaman hias Adenium, Eporbia, Aglonema & Anthurium…hehe..:)

13. herman (3B) - June 5, 2009

wekekekekekek….Joko murdowo isih neng jejerku mas doso……durung pindah ngendi ndi…… ayo kapan neng solo, aku krungu krungu jare arep golek omah neng solo dinggo besuk yen pensiun… bener pora mas………………

14. Doso - June 6, 2009

* Kang Nyoto, Anthurium sampai potte wae saiki jeblok, yen iso eceng gondok utowo suket liyane dimodif terus di expose neng media cetak/elektronik, bene booming, awake dewe distributore, masuk akal ora….. ?
* Mas Herman, menawi kulo nderek kemawon kersanipun Gusti bade nuntun mangke, amargi sakdangunipun puniko kulo sampun kedangon wonten paran, Pangestu panjenengan, nyuwun sewu…………( guyon lho Mas)

nyoto - June 7, 2009

Yo mausk’e..masuk tapi akal2ane iku sing huangel…scr teknologi sistem cloning bisa direkayasa, misal suket di cloning dg Kelapa…hasilnya “suket” berbuah “degan”, sebaliknya “kelapa” berakar suket..wah2… lha lak malah jadi bencana….xixiiiix xxiii 😛

15. herman (3B) - June 6, 2009

heheh…..yo mas tak pengestoni mugo kabeh panjangkamu diberkahi dening Gusti piyambak….

16. herman - July 6, 2009

Cak Nyoto ada usulan tuh dari Joko Pamuji Thengkleng gimana klo bikin milis PASPITU79, yahoo group gitu thx

nyoto - July 6, 2009

sik bung tak pejari dulu, masalahnya blog itu perkembangan dari milis

17. joko pamuji - July 29, 2009

Kok suwung? podho tindak-an ngendi to?

18. lupi - September 11, 2009

Mas herman pa khabar, mau lebaran batiknya discount berapa persen? maklum ibu ibu senengane potongan harga.untuk Syawal masih ingat banyuagung nggak?

19. herman priyono - March 30, 2010

Temen temen sori saya lagi buka Paspitu saat ini, sekarang tak aktif lagi deh…..

20. paspitu - August 31, 2010

Jarot Wijanarko Full 03 Agustus jam 6:31 BalasSaya mau sampaikan sebuah cerita, ilustrasi. Ada berbagai macam binatang bersahabat lalu mereka pergi ke sekolah. Ketika pelajaran renang si kura-kura dengan semangat dia berenang dengan tenang. Dia mencapai garis akhir dan mendapat pujian luar biasa. Tapi s ikelinci dia kelejotan, berteriak-teriak dia gagal berenang, demikian juga si burung. Dia menjadi kedinginan dan lari ketakutan. Maka si guru mulai marah dengan si kelinci, kelinci autis lompat-lompat terus, tidak mau belajar.

Tak lama kemudian kelompok binatang yang bersahabat ini belajar berlari.”Wah, kelinci menjadi juara, namun si kura-kura dimarahi “Kamu ini si pemalas. Kamu ini lambat, lelet, tidak ada masa depan. Maka si kura-kura pun stres. Demikian juga ketika berganti pelajaran melompat dari tempat yang tinggi “Wah si burung senang sekali, karena dia melompat bahkan melayang-layang. Sapi dan gajah ketakutan karena badannya gemuk, dia jatuh akan susah bangun dan berdiri lagi. Maka dia dimarahi dikatakan “si gendut dan sirakus” Maka gajah pun stres.

Nah kenapa masing –masing menjadi stres? Padahal sebenarnya mereka tidak ada masalah. Yang menjadi masalah adalah kurikulum yang mereka ikuti yang mengharuskan binatang belajar berenang, belajar melompat, terbang dan belajar berlari. Padahal setiap binatang punya ciri khas, cara bergerak sendiri-sendiri. Ini hanya iliustrasi, tapi kadang-kadang kasus serupa terjadi pada anak-anak kita. Tiap anak belajar semua hal yang sama. Maka ada anak yang mendapat label si hiperaktif, si lamban, si bodoh, si nakal dan sebagainya. Padahal belum tentu demikian, karena setiap anak punya cara belajar sendiri, kecerdasan sendiri. Kecerdasan aspeknya banyak, setiap anak tidak harus pandai setiap aspek.

Ada anak yang punya kinestetik intelejen bagus sekali. Dia punya kepandaian menggerakkan tubuhnya dengan tepat. Dia bisa menjadi olahragawan yang hebat. Dia bisa menjadi juara, tapi dalam bidang lain dia harus pandai juga. Belum tentu dia pandai secara matematika. Anak yang lain mungkin punya kecerdasan yang bagus sekali. Dia pandai bergaul dan dia punya kelemahan dalam matematika. Kalau kita cap anak seperti ini anak bodoh, dia akan stres dan tertekan. Padahal kalau kita mengerti bahwa setiap anak memang unik,anak yang punya kepandaian bergaul,mungkin bisa menjadi marketing yang luar biasa. Mungkin dia bisa menjadi pedagang, dengan relasi yang luas. Soal menghitung bukankah ada kalkulator, komputer yang dengan sangat praktis bisa membantu si pedagang menghitung-hitung yang memang juga tidak perlu serumit yang harus dia pelajari. Seperti kalkulus, integritas, integral dan sebagainya yang membuat anak pusing tujuh keliling. Karena itu rupanya kurikulum sekolah-sekolah harus lebih diberikan perhatian pada keunikan setiap anak. Setiap anak sebenarnya cerdas hanya cerdasnya berbeda-beda.

Sebagai contoh misalnya Thomas Alfa Edison, yang menemukan lampu. Tapi ternyata dalam sejarah hidupnya diceritakan bahwa anak yang lahir di Porth Hourun Michigan ini diperkirakan IQ-nya hanya 81 saja, atau bodoh sekali. Bahkan anak ini didaftarkan disekolah dua tahun lebih lambat karena penyakit jengkring atau scarlet fever dan infeksi pernapasan. Akibat penyakit ini maka dia berangsur-angsur tuli. Dia dikeluarkan dari sekolah, telah sekolah selama tiga bulan. Dan gurunya menyatakan bahwa dia adalah anak yang terbelakang. Tapi Thomas Alfa Edison senang dengan seluk-beluk mesin. Dia suka sekali bermain dan mengutak-atik bahkan pernah dia membakar gudang ayahnya, karena permainannya. Tetapi walau dia tidak sekolah secara formal, Thomas Alfa Edison kecil saat itu adalah orang yang dengan tekun mencoba-coba, suka sekali otak-atik, suka sekali hal-hal yang teknis. Maka Thomas Alfa Edison akhirnya pun berhasil menemukan lampu bahkan dia juga sebenarnya yang merintis perkeretaapian. Luar biasa bukan anak yang dicap bodoh oleh guru di sekolah, ternyata justru dikenal sebagai orang yang pandai.

Karena sebenarnya setiap anak itu pandai hanya bidang kepandaiannya yang berbeda. Orangtua tidak perlu khawatir sebenarnya dengan keadaan anaknya. Setiap anak pasti memiliki kepandaian tersendiri. Temukan dorong dia di sana dan jadikan dia orang-orang yang berhasil

21. paspitu - August 31, 2010

MEMOTIVASI ANAK

Jarot Wijanarko Full 26 Juli jam 6:47 BalasUntuk membuat seorang anak berhasil maka ia harus dimotivasi, tapi banyak orang berkata kepada saya, “Anak saya sudah saya motivasi tapi tidak ada efeknya, tidak ada dampaknya.” Yang lain lagi berkata,”Anak say terlalu cuek.” Maka mari kita belajar dari Anne sullivan memotivasi seorang anak cacat bernama Hellen Keller meraih kesuksesan. Ia adalah orang buta pertama yang meraih gelar sarjana. Anne sullivan memberikan tips bagaimana memotivasi anak supaya nantinya bisa sukses. Saya yakin anak saudara, bapak ibu tidak separah Helen Keller. Kalau Helen Keller saja yang buta tuli bisa akhirnya sukses, maka tentu anak kita juga bisa sukses.

Nah apa tips dari Hellen Keller. Sederhana saja berikan dia reward, berikan dia imbalan untuk sebuah perubahan kecil saja asal positif. Banyak orangtua tidak sabar menunggu perubahan yang besar, padahal seharusnya dengan perubahan kecil saja asal positif maka seharusnya diberi reward. Saya pernah terapkan prinsip ini pada anak saya. Anak saya yang pertama memang selalu juara. Anak yang kedua IQ-nya tinggi tapi akademiknya kurang bagus bahkan ia sempat hampir-hampir tidak naik kelas. Karena setiap ulangan nilainya 2,5,2,7 dan 3. Itu terjadi selama beberapa bulan. Lalu kami pergi saya dan istri juga anak saya ke phisikolog untuk konseling dan akhirnya ada beberapa tips pendampingan yang lebih banyak, diajari menulis karena dia pandai IQ-nya tinggi tapi ia malas menulis.

Luar biasa. Ia les mandarin tapi tidak pernah bawa catatan, ia hanya melihat, menghafalkan, ia bisa membaca Mandarin karena bisa menghafalkan dengan bagus, menghafalkan secara spasial. Dia bisa mengingat dengan memorinya huruf-huruf kanji itu tapi dia tidak pernah mencoba menulis, karena dia malas menulis. Nah kenapa kalau ulangan nilainya 2,3? Walaupun IQ-nya tinggi, dia malas menulis. Ada ulangan lima romawi, Romawi 1 tinggal memilih A atau B atau C dia tinggal melingkari. Dia lingkari dan semuanya benar, tapi begitu mulai menulis harus menyusun kalimat, dia malas menulis. Dia tahu tapi malas menulis. Itu sempat saya alami dengan anak saya sehingga nilai ulangannya ada 2,3 dan 3,0 karena hanya romawi dimana tinggal memilih itu yang dikerjakan. Kalau ulangan kenaikan kelas dimana hanya tinggal memilih semuanya, dia kerjakan semuanya dan nilainya 100. Tapi kalau ulangan harian, ulangan mid semester, dimana ada menulisnya, dia malas menulis.

Dengan problem seperti itu ketika saya pergi ke phisikolog untuk menangani anak saya sendiri, maka kritik dan saran supaya saya mengurangi kegiatan sosial, mengurangi kegiatan keluar rumah. Demikian juga istri saya, salah satu harus ada yang mendampini anak belajar, mengajari dia menulis. Singkat cerita dengan segala macam kegiatan yang kami kurangi terutama istri saya, maka anak saya ada perbaikan. Kalau dulu nilainya hanya 2,5 3,0 sekarang 3,5 -4,0. Nah saya tidak tahu sikap ibu-ibu lain yang menjumpai anak seperti itu.Tapi saya mendengar menjumpai berkata kepada anaknya ”Mama sudah kurangi kegiatan, tidak ikut arisan dan kegiatan ini dan itu, demi kamu, menunggu kamu belajar dan hanya naik dari 3.0 menjadi 3,5. Kamu itu dasar bodoh! Nah ini orangtua yang tidak mengerti prinsip Anne Sullivan yang membuat Helen Keller menjadi oarang yang sukses. Kalau anak saya yang tadinya 3.0 menjadi 3,5 maka saya tidak berkata seperti kebanyakan ibu-ibu lain. Tapi istri saya berkata kepada anak saya ”Wah hebat kamu ya ”Dulu kamu 3,0,sekarang 3,5 Wah lumayan yah! nanti kalau ulangan lagi 4,5 yah! Dia menjadi semangat karena dia merasa berhasil naik. Dan memang berhasil naik. Walaupun sedikit tapi positif.
Prinsip mendidik anak, memotivasi anak berikan dia reward imbalan untuk perubahan kecil saja asal positif. Dari 3,0 menjadi 3,5. Dari 3,5 kami beri target 4,5. Kami tidak beri target dia 100 atau 10 nanti tidak bisa dicapainya. Karena targetnya achievable maka dia bisa mencapainya. Kami beri target lagi untuk mid semesternya 6.0. Lalu dia mendapatkannya dan dia naik kelas. Merasa berhasil dan dia senang karena mendapat reward atau pujian. Kasus anak saya yang saya ceritakan ini terjadi ketika ia kelas 2 SD. Dia sekarang sudah masuk kelas satu SMP, dan rangkingnya cukup bagus 5,6 besar.

Jadi ketika seorang berubah, kecil saja asal positif berikan dia imbalan atau reward. Ibu punya suami pelit, lalu suatu ketika dia memberi uang untuk diberikan kepada adik ibu, tapi pemberiannya hanya sedikit, jangan bilang tumben, atau jangan bilang “kalau ngasih itu yang benar ”kok ngasih hanya sedikit” dasar pelit. Dari tidak memberi jadi memberi, itu sudah perubahan kecil. Positif. Suami yang tidak pernah mengantar ibu, sekarang mau nganter jangan bilang “tumben”. Tapi berikan dia reward, pujian karena semua orang pada dasarnya senang mendapatkan reward atau imbalan. Imbalan yang paling murah adalah pujian. Itu murah hanya butuh sedikit kebaikan hati. Imbalan tidak harus berupa uang atau barang.

Perhatian dan pujian itu sudah merupakan reward atau imbalan. Berikan imbalan atau reward untuk sebuah perubahan kecil saja asal perubahan ke arah positif. Maka cepat atau lambat, waktu terus berjalan, perubahan kecilnya semakin banyak maka akhirnya menjadi sebuah perubahan besar. Itulah cara merubah orang lain, merubah diri sendiri, merubah anak kita, supaya semuanya akhirnya hidup sukses

22. anton seno - June 11, 2012

semoga ada yg baca dan ingat aku.aku 3c th 79


Leave a comment